وعن أَبي هريرة رضي اللَّه عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : «كَافِل الْيتيمِ لَهُ أَوْ لِغَيرِهِ . أَنَا وهُوَ كهَاتَيْنِ في الجَنَّةِ » وَأَشَارَ الرَّاوي وهُو مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ بِالسَّبَّابةِ والْوُسْطى . رواه مسلم .
Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata : Rasulullah SAW Bersabda : “Orang yang menanggung anak yatim baik anak yatim itu ada hubungan famili ataupun tidak, maka saya dan orang yang menanggungnya seperti dua jari ini, di dalam surga.” Malik bin Anas perawi hadis itu mengatakan, beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dari jari tengah. (H.R Muslim)
Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Sabtu, 17 Juli 2010

Seorang Majusi yang memuliakan anak yatim

Islam begitu memuliakan kedudukan anak-anak yatim. Jika ada sebuah pepatah yang menyebutkan bahwa "anak-anak yatim adalah 'anak-anak Tuhan'" maka hal tersebut bisa kita temui dalam ajaran Islam yang dibawa oleh seorang Nabi yatim piatu. Rasulullah Saw. yang sudah menjadi anak yatim sejak masih dalam kandungan adalah seorang pecinta anak yatim dan fakir miskin, beliau menaruh perhatian dan kasih sayang yang besar kepada kedua golongan ini.


Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah Saw. bersabda: "Sebaik-baik rumah kamu muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang tidak diperlakukan dengan baik."

Dalam hadits lain disebutkan juga bahwa kedekatan Rasulullah Saw. dengan anak-anak yatim adalah seperti berdekatannya kedua jari beliau. Subhanallah, betapa mulia sekali mereka yang memuliakan anak-anak yatim serta fakir miskin.

Seperti kisah dibawah ini yang menceritakan bagaimana seorang Majusi baik hati yang menolong perempuan janda dan anak-anak yatimnya:

Sebagian dari hartawan-hartawan turunan Alawiyah mempunyai beberapa anak perempuan dengan istri turunan Alawiyah juga. Kemudian habib itu meninggal, sehingga anak-anak perempuan itu sangat fakir, sampai mereka terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya karena khawatir orang-orang gembira atas penderitaannya. Mereka masuk masjid di sebuah desa yang kosong tanpa penghuni. Ibu mereka meninggalkannya di sana, sementara ia berupaya mencari makan untuk mereka.

Sang ibu berjalan hingga bertemu pada seorang tokoh desa yang beragama Islam. Dia menceritakan tentang ihwal diri dan anak-anaknya pada tokoh desa itu, tetapi dia tidak memberinya sedekah apapun. Bahkan dia berkata: "Anda harus menuturkan bukti atas penuturan Anda itu." Ibu itu berkata: "Aku adalah seorang perempuan asing di sini."

Kemudian ibu itu meneruskan perjalanannya hingga bertemu seorang Majusi. Kepada orang Majusi ini, ia menceritakan tentang keadaan diri dan anak-anaknya. Lalu orang Majusi itu memberinya sedekah. Bahkan orang Majusi itu, mengutus istrinya untuk menemui ibu dan anak-anaknya itu agar supaya diajak dan dibawa ke rumah. Si Majusi itu benar-benar memuliakan mereka.

Ketika tengah malam, orang Islam yang tak lain adalah tokoh desa tersebut bermimpi terjadi kiamat. Dia melihat Nabi Muhammad Saw. memakai Liwa'ul Hamdi, sementara di samping beliau terdapat sebuah istana yang megah. Lalu dia berkata : "Ya Rasulullah, untuk siapa istana ini?" Beliau menjawab: "Untuk orang Islam." Dia berkata : "Aku adalah orang Islam yang mengesakan Tuhan." Nabi Muhammad Saw. menjawab lagi : "Tunjukkan buktinya di hadapanku, jika Anda benar-benar orang Islam." Orang ini menjadi grogi, bercampur rasa bingung dan malu di hadapan Nabi Muhammad Saw.

Kemudian Nabi Muhammad Saw. menceritakan padanya mengenai kondisi perempuan turunan Alawiyah yang telah berada di tangan orang Majusi. Setelah itu, dia terbangun memendam kesedihan dan kepedihan yang amat dalam, karena telah menolak dan menyia-nyiakan wanita serta anak-anak itu.

Selanjutnya laki-laki itu berusaha mencari wanita tersebut dengan sungguh-sungguh, sampai akhirnya dia mendapat petunjuk dan informasi mengenai rumah orang Majusi, dan di situlah wanita yang dimaksud berada. Lalu dia meminta perempuan itu, tetapi orang Majusi itu menolak untuk menyerahkan wanita beserta anak-anaknya itu kepadanya, dan berkata: "Kami benar-benar merasakan berkah atas kehadiran perempuan beserta anak-anaknya itu." Laki-laki Muslim itu berkata lagi: "Ambillah seirbu dinar ini dan serahkan mereka kepadaku." Orang Majusi itu tetap menolak.

Ketika laki-laki Muslim itu berusaha untuk merebut mereka secara paksa dari tangan orang Majusi. Si Majusi berkata : "Apa yang anda inginkan, akulah yang lebih berhak dengannya. Dan gedung yang Anda lihat dalam mimpi itu diciptakan untukku. Apakah Anda akan membanggakan keIslaman Anda padaku? Demi Allah, aku dan keluarga seisi rumahku tidaklah tidur, kecuali telah masuk Islam sebelumnya di tangan perempuan Alawiyah itu, dan aku pun bermimpi seperti mimpi Anda. Bahkan Rasulullah bersabda padaku : "Apakah perempuan Alawiyah dan anak perempuannya ada di sisi Anda?" Aku menjawab: "Ya benar, ya Rasulullah." Beliau menjawab: "Istana itu menjadi milik Anda dan penghuni rumah Anda." Akhirnya orang Islam itu pulang dengan membawa kepedihan dan kepiluan yang teramat dalam, derita kepedihannya yang sangat dan menyayat-nyayat hatinya tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar